Welcom to...........

HMI Komisariat Ahmad Dahlan I (ADI)

Sabtu, 15 September 2012

Mahasiswa, Pewaris peradaban atau penghancur Peradaban


Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung, akan tetapi mereka enggan dan merasa berat untuk menerimanya (lalu kami tawarkan kepada Manusia) maka manusiapun menyanggupi untuk memikulnya, sesungguhnya Manusia itu zalim dan bodoh (Al-ahzab:72)

Ayat diatas menjelaskan tentang kesanggupan Manusia untuk memegang suatu amanah yang diberikan oleh Allah. Manusia dengan kapasitas yang dimilikinya mampu mengemban amanah sebagai pembawa misi Ilahiyat untuk mengatur kehidupan dimuka bumi. Kesanggupan untuk mengemban amanah ini karena manusia memiliki kebebasan berkehendak dan bertanggungjawab sebagai konsekuensi logis dari kebebasan yang dimilikinya, sedangkan langit, bumi, dan gunung, sama sekali tidak memiliki kebebasan berkehendak karena semuanya telah direkayasa oleh Allah sehingga mereka berbuat berdasarkan sunnatullah.


Menurut iqbal kebebasan merupakan prasyarat untuk menghasilkan kebaikan. Menurutnya makhluk yang telah ditentukan geraknya, ibarat sebuah mesin tidak mungkin menghasilkan kebaikan. Sedangkan Fazlurrahman terlebih dulu menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang memiliki posisi unik. Ia diberi kebebasan berkehendak agar ia dapat menyempurnakan amanahnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Wujud dari relisasi amanah itu sendiri adalah berupa tegaknya bangunan peradaban kehidupan yang bermoral. Sebaliknya realisasi amanah yang tidak berorientasikan pada tegaknya moralitaas dalam kehidupan social masyarakat dianggap sebagai bentuk pengkhianatan atas amanah ini.

Sungguh Allah telah menjadikan Manusia sebagai Makhluk yang terhormat dan memiliki derajat tertinggi diantara Makhluk-makhluk Allah yang lain. Namun apa yang terjadi hari ini sungguh sangat berbeda. Di kampus yang merupakan kawah candradimukanya kehidupan dan laboratorium penghasil Insan-insan pembawa misi peradaban ini telah terjadi proses pengkhianatan atas amanah yang diberikan Allah kepada Manusia.

Sayangnya hal ini terjadi saat momentum program pengenalan akademik(PPA). Suatu program yang seharusnya untuk mengenalkan kehidupan akademik kampus kepada Mahasiswa baru ternyata telah disalahgunakan oleh para senior (mahasiswa lama) sebagai ajang untuk memperbudak mahasiswa baru. Iya fenomena yang terjadi kemaren pantas untuk disebut sebagai ajang perbudakan.

Bentakan, teriakan, dan hukuman yang irrasional adalah suatu sikap para Tuan kepada para Budak. Apalagi dengan adanya suatu pasal yang berlaku pada setiap momentum PPA yang berbunyi: “Senior selalu benar dan yunior selalu salah, apabila senior salah maka kembali ke pasal satu”. Pasal ini lebih menguatkan lagi argumentasi sebelumnya bahwa PPA adalah ajang perbudakan, dimana seorang Tuan tidak bisa salah, dan ketika si tuan salah maka yang berhak untuk disalahkan adalah si budak.

Didalam PPA, Mahasiswa baru tidak bisa berbuat kecuali atas perintah seniornya. Jangankan berbuat diluar perintah senior, menyatakan ketidaksepakatan atas perintah senior merupakan bentuk pelanggaran dan pantas untuk dihukum. Ini disadari atau tidak telah mencabut hakikat Manusia sebagai Makhluk merdeka dan sebagai warga Indonesia telah menghianati amanah Undang-Undang 45 yang berbunyi, Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. (pembukaan UUD 1945 alinea pertama)

       Mahasiswa merupakan generasi muda yang pada fasenya memerlukan suasana bebas dan merdeka untuk pembentukan dan pengembangan dirinya. Bukan bentakan dan teriakan yang mendekonstruksikan mental mahasiswa dan membelenggu kreatifitas Mahasiswa. Padahal Mahasiswa dan kualitas yang dimilikinya menduduki kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian, dan kritis adalah ciri dari kelompok elit generasi muda. Sifat kepeloporan, keberanian, kritis, yang harus diperankan Mahasiswa bisa dilaksanakan apabila mereka dalam suasana bebas merdeka dan demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang progresif sebagai ciri daripada seorang intelektual. Sikap atas kejujuran keadilan dan obyektifitas sebagai fondasi dalam membangun tatanan kehidupan yang lebih baik. namun Sangat disayangkan, Mahasiswa yang merupakan kaum intelektual Harapan Masyarakat Indonesia ternyata telah tercerabut dari akar kemanusiaannya.

          Akhirnya kami teringat dengan mars mahasiswa yang salah satu baitnya berbunyi bahwa Mahasiswa adalah pewaris peradaban. Pertanyaanya adalah, peradaban seperti apa yang akan dibangun oleh mahasiswa. Apakah peradaban feodalistik yang tidak bermoral? Dan jika itu terjadi maka sesungguhnya Mahasiswa bukanlah pewaris peradaban namun lebih pantas disebut sebagai penghancur peradaban.

Oleh : Adhi Nurseto



Tidak ada komentar:

Posting Komentar