Welcom to...........

HMI Komisariat Ahmad Dahlan I (ADI)

Sabtu, 01 Desember 2012

Habil dan Qabil Sebagai Simbol Permulaaan Sejarah Manusia


 
Ketika kita mendengar sosok Habil dan Qabil tentunya sudah tak asing lagi ditelinga kita, ya benar, keduanya merupakan anak-anak dari Adam. Apakah benar kedua sosok tersebut yang memulai peperangan dimuka bumi ini ?? Apa yang menyebabkan mereka saling berperang hingga akhirnya terjadi pertumpahan darah pertama kali dimuka bumi ini?? Apakah manusia saat ini mewakili “zaman”  Habil atau Qabil??. Pertanyaan-pertanyaan ini nantinya akan kita kupas lebih lanjut dalam tulisan ini.
            Tentu setidaknya kita sudah mengetahui siapa itu habil dan Qabil, baik itu dari buku dongeng para nabi ketika kita masih kecil mapun dari yang lainnya. Pembahasan dalam tulisan ini tidak hanya menceritakan siapa keduanya saja akan tetapi mencoba menelusuri lebih dalam maknanya dalam hubungan dengan arti sejarah. Jika ditafsirkan secara simbolis cerita-cerita tersebut dapat menguak makna yang sangat dalam  di dalam antropologi dan sejarah.

Sabtu, 15 September 2012

Mahasiswa, Pewaris peradaban atau penghancur Peradaban


Sesungguhnya kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi, dan gunung, akan tetapi mereka enggan dan merasa berat untuk menerimanya (lalu kami tawarkan kepada Manusia) maka manusiapun menyanggupi untuk memikulnya, sesungguhnya Manusia itu zalim dan bodoh (Al-ahzab:72)

Ayat diatas menjelaskan tentang kesanggupan Manusia untuk memegang suatu amanah yang diberikan oleh Allah. Manusia dengan kapasitas yang dimilikinya mampu mengemban amanah sebagai pembawa misi Ilahiyat untuk mengatur kehidupan dimuka bumi. Kesanggupan untuk mengemban amanah ini karena manusia memiliki kebebasan berkehendak dan bertanggungjawab sebagai konsekuensi logis dari kebebasan yang dimilikinya, sedangkan langit, bumi, dan gunung, sama sekali tidak memiliki kebebasan berkehendak karena semuanya telah direkayasa oleh Allah sehingga mereka berbuat berdasarkan sunnatullah.

Sabtu, 14 Januari 2012

Pemikiran Ibnu Taimiyah



Corak pemikiran ibnu taimiyah bersifat empiris dan sekaligus Rasionalis. Empiris maksudnya bahwa ia mengakui kebenaran itu hanya ada dalam kenyataan, bukan dalam pemikiran. dan rasionalis dalam arti ia tidak mempertentangkan antara akal dengan naql (Al-Qur’an dan sunah yang shahih). Ia menolak logika sebagai metode berfikir deduktif yang tidak dapat digunakan untuk mengkaji materi keislaman secara hakiki. Karena baginya ajaran agama sangat rasional dan dapat dipertanggung jawabkan oleh akal. Ibnu taimiyah merupakan ulama yang banyak memberikan pembaharuan khususnya dalam bidang agama. Pembaharuan dalam bidang ilmu agama yang dilakukan oleh ibnu taimiah, antara lain:
Pertama  pemurnian paham tauhid, ia menentang segala bentuk penyakit TBC (takhayul, bid’ah, dan khurafat) menurutnya akidah yang paling benar adalah akidah salaf, akidah yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadis. Ia menolak mempersamakan sifat Allah dengan sifat makhluk, dan ia berpendapat bahwa sifat Allah tanpa tamtsil dengan makhluk apapun. Allah adalah tuhan yang satu dan tidak dapat dipersamakan dengan makhluk manapun baik dari sifatnya maupun wujudnya. Beliau juga menentang pendapat yang mengatakan bahwa yaad yang dimiliki Allah seperti yaad yang dimiliki manusia. Karena Allah maha sempurna, sedangkan manusia adalah makhluk yang penuh dengan kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sangatlah tidak mungkin sesuatu yang sempurna sama dengan yang tidak sempurna.

Mencoba Membaca Tujuan HMI


 
Dalam perjalanannya, Rumusan Tujuan HMI mengalami beberapa kali perubahan, yang dapat di bagi sebagai berikut:
  • Hasil Rapat 5 Februari 1947 oleh para pendiri, yaitu: (1). Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan Mempertinggi Derajat Rakyat Indonesia; dan (2). Menegakkan dan Mengembangkan Agama Islam. Lahir pada masa itu jelas menunjukkan HMI adalah anak kandung revolusi sekaligus anak kandung umat Islam Indonesia yang resah atas gelagat sejarah. Dengan pertimbangan bahwa Islam tidak akan berkembang, bila Indonesia berlum lagi merdeka. Seperti diketahui rentang waktu 1945 s/d 1949, Belanda masih melakukan Agresi Militer, hingga mempertahankan kemerdekaan republik menjadi suatu prioritas.
  • Hasil Ketetapan Kongres I HMI di Yogyakarta, 30 November 1947, yang tertuang dalam Pasal 4 AD, membalik rumusan menjadi: (1). Menegakkan dan Mengembangkan Agama Islam; dan (2). Mempertinggi Derajat Rakyat dan Negara Republik Indonesia. Walau baru 9 bulan, ternyata HMI lebih memilih menjadi Anak Umat daripada Anak Bangsa.

TRADISI KEILMUAN MUSLIM



Belakangan ini muncul opini bahwa tradisi keilmuan  muslim kini cenderung tidak mampu merespon kebutuhan dan tantangan zaman, bahkan merekayasa dan memberi sumbangan bagi pemantapan peradaban umat manusia yang egaliter, demokratis dan humanis. Anggapan bahwa sesuatu hanya akan mendapat balasan berupa pahala atau dosa di akhirat saja, sementara akibat perbuatannya di dunia adalah semata-mata karena hukum alam. Orientasi berpikir teologis-normatif ini, tentu saja memisahkan antara kehidupan di alam nyata dan akhirat. Pola pikir teologis-normatif yang menempatkan keberadaan Allah Swt sebagai segala sesuatu yang melepaskan dari dunia realitas, Hal ini mengakibatkan dinamika keilmuan menjadi tidak mempunyai rule sebagai usaha untuk mensejahterakan umat.

Apa yang kita ucapkan akan menguap, sedangkan apa yang kita tulis akan abadi



“ Sebuah Karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya.
Jika anda gagal, teruslah berkarya.
Jika anda tertarik, teruslah berkarya.
Jika  anda bosan, teruslah berkarya.”
(Michael Crichton)

Menulis adalah suatu aktivitas untuk menuangkan gagasan, ide, informasi keluhan dan apa pun yang dirasakan atau ditemukan oleh panca indera melalui sebuah rangkaian huruf dan kata. Berbeda dengan ungkapan lisan tentunya akan lebih cepat menguap dan oleh pendengarnya sedangkan apa yang ditorehkan melauli tulisan akan abadi. Helvy Tiana  Rosa pendiri dari FLP (Forum Lingkar pena) dalam sebuah seminar pernah mengatakan dalam suatu forum bagaimana R.A Kartini terus harum namanya dibandingkan Dewi Sartika dan Rahma el-Yunusiah orang perempuan konon mereka berdua  semasa hidupnya telah cukup sukses mendirikan sekolah. Sedangkan R.A Kartini tidak hanya saja ia mampu menuliskan catatan-catatan pemikirannya. Dan akhirnya beliau lebih kita kenal sebagai seorang tokoh emansipasi wanita sampai sekarang ini. Hal ini jugalah  yang mengingatkan kita apa yang disampaikan oleh seorang yang dikenal tidak hanya 'alim tetapi juga cerdas intelektualn dimasa Kahalifah Rasidin yakni Ali Bin Abi Thalib mengatakan Ali bin : “ Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Ini berrti ilmu itu akan segera meninggalkan pemiliknya apabila tidak segera mengikatnya yakni dengan cara menuliskannya. Begitu juga seorang ulama besar pengarang kitab Tafsir Qurtubi ada mengatakan Qatadah, seorang ulama salaf dalam tafsir Qurtubi “ menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…
Hal yang baik sebagai inspirasi adalah pengakuan pengarang buku Joanne Kathellen (J.K.) Rowling, penulis novel best seller , Harry Potter. “saya orang yang luar biasa beruntung, melakukan apa yang saya cintai di dunia. Saya yakin bahwa saya selalu menjadi penulis. Sungguh menyenangkan bahwa karya saya telah dipublikasikan. Hadiah terbesar bagi saya adalah antausiasme para pembaca”
Didalam Al Qur’an , kata kerja “Kataba” (menulis) beserta  kata bentukannya disebutkan sebanyak 303 kali. Sedangkan kata “qaraa” (membaca ) terdapat sebanyak 89 kali. Kata Qalam (pena/alat tulis) disebutkan lima kal. Perbandingan kata “qaraa” dan “ kataba” 1-4  ( Abdul Mu’ti: 2003)

Sementara kata pena satu surat al- Qalam dibuka dengan huruf “Nun” hal itu menurut R. Guenon dala bukunya The Mistery of the Letter Nun yag dikutip Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya Spritualitas dan seni dalam Islam bahwa huruf “Nun” yang ada dalam tulisan Arab menyerupai sebuah tempat tinta, memberikan Isyarat bahwa daripadanya segala sesuatu yang ada di dunia ini di tulis di Al-Lauhul Mahfudz. Hurup ini juga menyerupai sebuah kapal  yang mngangkat kemungkinan-kemungkinan suatu peraturan dan perkembangan yang akan diciptakannya.

tentunya menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan  bagaikan dua sisi mata uang. Yang menarik adalah urutan turunnya ayat Al Qur’an tersebut . Imam Al-Khazin didalam tafsirnya yang bernama Al-Khazin Al Musamma Libabi Al-Ta’wil fi Ma’ani Al-Tanzil (1995) menjelaskan, dua surat atau ayat yang pertama  kali diturunkan adalah Al’alaq (QS.96) dan Al Qalam (QS. 68). Didalam ayat tersebut kata “qaraa dan “qalam”  yang berarti kegiatan membaca dan menulis disebutkan diawal surat. Hal ini mengandung pesan bahwa aktivitas membaca dan menulis memang berangkai atau tidak dapat dipisahkan.
begitu juga apa yang diungkapkan ordon Smith, Politikus Inggris Abad ke-18  (Romli, 2009) “Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan tidak menulis, ibarat orang tak  berharta  ke dalam sumur penuh air.”

Gagasan yang coba di tuangkan oleh Komisariat Ahmad Dahlan 1 menulis seminggu sekali  dalam rapat program kerja, ini adalah sebuah terobosan dan tantangan bagi pengurus baru maupun kader HMI yang sangat penting karena selama ini budaya menulis sudah mulai memudar dari goresan tangan kader-kader HMI. Ketua Umum PB HMI priode 1997-1999 Bung Anas Urbaningrum  perlu mengigatkan kembali kepada para kader-kader HMI  saat menjadi pembicara di kongres ke-27 HMI di Depok.
Tradisi intelektual itu, menurut Anas, bisa dibangun dengan memperkuat beberapa hal. Pertama, memperkuat tradisi membaca. Membaca, harus dijadikan 'fardhu ain'. Sebab, kalau digeser menjadi 'fardhu kifayah', akan cenderung diwakilkan kepada yang lain.
Kedua, kata Anas, adalah tradisi menulis. Tradisi ini harus dipaksa untuk bisa dilakukan semua kader. Menurutnya, tradisi menulis ini tidak perlu diganti dengan tradisi menulis SMS.
Sedangkan yang ketiga, adalah tradisi berdebat. Namun, Anas mengingatkan bahwa tradisi berdebat ini bukanlah berdebat secara kusir, tetapi debat yang akademik dan rasional. Ketiganya, merupakan cara-cara strategis yang sangat penting dilakukan kader-kader HMI. ". tradisi itelektual inilah yang melahirkan cendikiawan maupun pakar dibidang ilmu pengetahuan,s osial dan politik dan lainnya yang yang dapat mengaktualisasikan kemampuannya sebagai kader ummat maupun kader bangsa.

simbol HMI juga terus mengingatkan yang melambangkan pena berarti mempunyai filosofi bahwa kader-kader HMI harus dapat menuangkan kemampuan inteektualnya dalam bentuk tulisan
Gordon Smith, Politikus Inggris Abad ke-18  (Romli, 2009) “Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan tidak menulis, ibarat orang tak  berharta  ke dalam sumur penuh air.”
“Di manapun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, disitulah rumah saya Qatadah, seorang ulama salaf dalam tafsir Qurtubi “ menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…” (Hudiata , 2005)
Tentunya keinginan menghasilkan karya terutama dalam bentuk tulisan haruslah dilandasi motivasi yang tinggi, karna tanpa motivasi hanya sekedar wacana yang berlau .ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memotivasi seblum menulis adalah  pertama agama mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan yang bermanfaat harus disebarkan kepada orang lain kaena hal tersebut merupakan sebuah ibadah. Kedua, menyembunyiksan ilmu dengan tidak mengajarkannya apalagi dengan niat untuk merahasiakannya adalah dosa. Ketiga Menyebarkan ilmu yang bermanfaat dapat menjadi perwujudan rasa syukur ata ilmu yang telah diberikan oleh Allah . dengan bersyukur tentunya Allah akan menambah nikmat-nikmatnya  (Mudrajad 6)
  Witing bisa jalaran saka kulina  Anda akan bisa menulis apabila anda sudah membiasakan diri (atau memaksakan diri bagi pemula )
Bukan Piramid dan tembaga ,
Bukan pula batu nisan dari perunggu,
Mereka bangun untuk dirinya.
Cuma Tulisan dan ajaran yang mereka wasiatkan.
(puisi Mesir Kuno)

 
“ Sebuah Karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya.
Jika anda gagal, teruslah berkarya.
Jika anda tertarik, teruslah berkarya.
Jika  anda bosan, teruslah berkarya.”
(Michael Crichton)

Sumber Inspirasi :
Mudrajad Kuncoro mahir menulis kiat jitu menulis Artikel Opini, kolom dan resensi Buku              
Badiatul Muchlisin Asti Berdakwah dengan Menulis Buku Buku Laris, Rezeki Manis, Media Qalbu 2004 Bandung 

Ditulis Oleh : Agus Salim Nasution

Adigang Adigung Adiguna



Ungkapan Adigang  Adigung Adiguna sangat populer dalam masyarakat jawa. Ungkapan ini berisi nasehat agar seseorang tidak memilki watak angkuh atau sombong sebagaimana watak  yang dimiliki oleh binatang  yang tersirat dalam ungkapan tersebut. Adigang adalah  gambaran watak bainatang kijang yang menyombongkan kecepatan atau kekuatana larinya. Adigung menggambarkan watak binatang gajah yang karena besar tubuhnya selalu merasa menang dibandingkan binatang  lainnya. Adiguna sebagai gambaran watak binatang ular yang menyombongkan diri karena memiliki racun yang ganas dan mematikan.
Sebagai manusia yang mengakui bahwa hidup memerlukan orang lain maka seseorang hendaknya menjauhi watak menyombongkan kekuatan,kebesaran tubuh,dan kewenangannya. Dan sudah selayaknya manusia memiliki watak rendah hati atau orang jawa sering menyebutnya andhap Ashor.
Seorang yang memiliki kekuatan dan kemampuan fisik tidak sepatutnya berwatak sombong, seperti sombongnya kijang dan memanfaatkan kekuatannya untuk merugikan orang lain demikian pula orang yang memiliki tubuh bbesar tidak selakyaknya meniru sombongnya gajah yang menggunakan kebesaran tubuhnya untuk memaksakan kehendaknya untuk menindas orang yang bertubuh kecil.Juga tidak sepatutnya orang yang memiliki kekuasaan sehingga ucapannya dijadikan panutan dan pedoman bagi orang lain bawahan atau anak buahnya,  bersikap menyombongkan dirinya  sebagaimana watak sombong binatang ular, yang dengan racun yangdimiliknya menyelakai orang.
Tidak sepatutnya seorang pejabat yang memiliki kekuasaan supaya jangan menggunakan kekuasaannya untuk menindas orang disekitarnya yang hanya untuk memenuhi kepentingannya sendiri semata. Karena kekuasaan yang diembannya  hanya merupakan  amanat dari masyarakat yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Begitu juga dengan seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas hendaknya jangan menyombongkan ilmu pengetahuannya untuk menghina orang yang disekelilingnya. Sepatutnya orang tersebut menyadari bahwa ilmu yang dimilkinya belum sempurna dan orang tersebut merasa dirinya kecil lantaran lautan ilmu terlalu luas sementara ia hanya memahami sebagian kecil saja.

     Untuk menghindari watak adigung adigang adiguna,seseorang juga diingatkan oleh ungkapan aja dumeh (jangan sok). Ungkapan ini merupakan kendali agar seseorang tidak memiliki watak sombong dan sewenang-wenangnya. Ketika menjadi pemimpin, janganlah menyombongkan diri karena jabatannya. Kekitika menjadi penguasa janganlah menyombongkan diri karena kekuasaannya, ketika memilki kepandaian yang lebih jangan sombong akan kepandaiannya, dan sebagainya. Karena semua itu hanya titipan yang sewaktu-waktu akan lepas jika allah menghendaki. Semua nya itu sebaiknya dipandang sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan secara baik. Dengan demikian, seseorang akan tumbuh sebagai pribadi yang semakin lama ssemakin arif dan rendah hati.

Oleh: Taufikurahmat