“ Sebuah Karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya.
Jika anda gagal, teruslah berkarya.
Jika anda tertarik, teruslah berkarya.
Jika anda bosan, teruslah
berkarya.”
(Michael Crichton)
Menulis adalah suatu aktivitas
untuk menuangkan gagasan, ide, informasi keluhan dan apa pun yang dirasakan
atau ditemukan oleh panca indera melalui sebuah rangkaian huruf dan kata.
Berbeda dengan ungkapan lisan tentunya akan lebih cepat menguap dan oleh
pendengarnya sedangkan apa yang ditorehkan melauli tulisan akan abadi. Helvy
Tiana Rosa pendiri dari FLP (Forum
Lingkar pena) dalam sebuah seminar pernah mengatakan dalam suatu forum
bagaimana R.A Kartini terus harum namanya dibandingkan Dewi Sartika dan Rahma
el-Yunusiah orang perempuan konon mereka berdua
semasa hidupnya telah cukup sukses mendirikan sekolah. Sedangkan R.A
Kartini tidak hanya saja ia mampu menuliskan catatan-catatan pemikirannya. Dan
akhirnya beliau lebih kita kenal sebagai seorang tokoh emansipasi wanita sampai
sekarang ini. Hal ini jugalah yang
mengingatkan kita apa yang disampaikan oleh seorang yang dikenal tidak hanya
'alim tetapi juga cerdas intelektualn dimasa Kahalifah Rasidin yakni Ali Bin
Abi Thalib mengatakan Ali bin : “ Ikatlah
ilmu dengan menuliskannya”. Ini berrti ilmu itu akan segera meninggalkan
pemiliknya apabila tidak segera mengikatnya yakni dengan cara menuliskannya.
Begitu juga seorang ulama besar pengarang kitab Tafsir Qurtubi ada mengatakan
Qatadah, seorang ulama salaf dalam tafsir Qurtubi “ menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga
sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri,
kehidupan menjadi tidak terarah…
Hal yang baik sebagai inspirasi
adalah pengakuan pengarang buku Joanne Kathellen (J.K.) Rowling, penulis novel best
seller , Harry Potter. “saya orang yang luar biasa beruntung, melakukan apa
yang saya cintai di dunia. Saya yakin bahwa saya selalu menjadi penulis.
Sungguh menyenangkan bahwa karya saya telah dipublikasikan. Hadiah terbesar
bagi saya adalah antausiasme para pembaca”
Didalam Al
Qur’an , kata kerja “Kataba” (menulis)
beserta kata bentukannya disebutkan
sebanyak 303 kali. Sedangkan kata “qaraa” (membaca ) terdapat sebanyak 89 kali.
Kata Qalam (pena/alat tulis) disebutkan lima kal. Perbandingan kata “qaraa” dan “
kataba” 1-4 ( Abdul Mu’ti: 2003)
Sementara kata
pena satu surat al- Qalam dibuka dengan huruf “Nun” hal itu menurut R. Guenon
dala bukunya The Mistery of the Letter
Nun yag dikutip Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya Spritualitas dan seni dalam Islam bahwa huruf “Nun” yang ada dalam
tulisan Arab menyerupai sebuah tempat tinta, memberikan Isyarat bahwa
daripadanya segala sesuatu yang ada di dunia ini di tulis di Al-Lauhul Mahfudz. Hurup ini juga
menyerupai sebuah kapal yang mngangkat
kemungkinan-kemungkinan suatu peraturan dan perkembangan yang akan
diciptakannya.
tentunya menulis dan membaca
tidak dapat dipisahkan bagaikan dua sisi
mata uang. Yang menarik adalah urutan turunnya ayat Al Qur’an tersebut . Imam
Al-Khazin didalam tafsirnya yang bernama Al-Khazin Al Musamma Libabi Al-Ta’wil
fi Ma’ani Al-Tanzil (1995) menjelaskan, dua surat atau ayat yang pertama kali diturunkan adalah Al’alaq (QS.96) dan Al
Qalam (QS. 68). Didalam ayat tersebut kata “qaraa dan “qalam” yang berarti kegiatan
membaca dan menulis disebutkan diawal surat. Hal ini mengandung pesan bahwa
aktivitas membaca dan menulis memang berangkai atau tidak dapat dipisahkan.
begitu juga apa yang diungkapkan
ordon Smith, Politikus Inggris Abad ke-18
(Romli, 2009) “Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan
menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari
sumur kering. Tidak membaca dan tidak menulis, ibarat orang tak berharta
ke dalam sumur penuh air.”
Gagasan yang coba di tuangkan
oleh Komisariat Ahmad Dahlan 1 menulis seminggu sekali dalam rapat program kerja, ini adalah sebuah
terobosan dan tantangan bagi pengurus baru maupun kader HMI yang sangat penting
karena selama ini budaya menulis sudah mulai memudar dari goresan tangan
kader-kader HMI. Ketua Umum PB HMI priode 1997-1999 Bung Anas Urbaningrum perlu mengigatkan kembali kepada para
kader-kader HMI saat menjadi pembicara
di kongres ke-27 HMI di Depok.
Tradisi intelektual itu, menurut
Anas, bisa dibangun dengan memperkuat beberapa hal. Pertama, memperkuat tradisi
membaca. Membaca, harus dijadikan 'fardhu ain'. Sebab, kalau digeser menjadi
'fardhu kifayah', akan cenderung diwakilkan kepada yang lain.
Kedua, kata Anas, adalah tradisi
menulis. Tradisi ini harus dipaksa untuk bisa dilakukan semua kader.
Menurutnya, tradisi menulis ini tidak perlu diganti dengan tradisi menulis SMS.
Sedangkan yang ketiga, adalah
tradisi berdebat. Namun, Anas mengingatkan bahwa tradisi berdebat ini bukanlah
berdebat secara kusir, tetapi debat yang akademik dan rasional. Ketiganya,
merupakan cara-cara strategis yang sangat penting dilakukan kader-kader HMI.
". tradisi itelektual inilah yang melahirkan cendikiawan maupun pakar
dibidang ilmu pengetahuan,s osial dan politik dan lainnya yang yang dapat
mengaktualisasikan kemampuannya sebagai kader ummat maupun kader bangsa.
simbol HMI juga terus
mengingatkan yang melambangkan pena berarti mempunyai filosofi bahwa
kader-kader HMI harus dapat menuangkan kemampuan inteektualnya dalam bentuk
tulisan
Gordon Smith, Politikus Inggris
Abad ke-18 (Romli, 2009) “Membaca tanpa
menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis
tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan tidak
menulis, ibarat orang tak berharta ke dalam sumur penuh air.”
“Di manapun saya menemukan tempat
untuk duduk dan menulis, disitulah rumah saya Qatadah, seorang ulama salaf
dalam tafsir Qurtubi “ menulis adalah
nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk
memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak
terarah…” (Hudiata , 2005)
Tentunya
keinginan menghasilkan karya terutama dalam bentuk tulisan haruslah dilandasi
motivasi yang tinggi, karna tanpa motivasi hanya sekedar wacana yang berlau .ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memotivasi seblum menulis adalah pertama agama
mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan yang bermanfaat harus disebarkan kepada
orang lain kaena hal tersebut merupakan sebuah ibadah. Kedua, menyembunyiksan ilmu dengan tidak mengajarkannya apalagi dengan
niat untuk merahasiakannya adalah dosa. Ketiga Menyebarkan ilmu yang
bermanfaat dapat menjadi perwujudan rasa syukur ata ilmu yang telah diberikan
oleh Allah . dengan bersyukur tentunya Allah akan menambah nikmat-nikmatnya (Mudrajad 6)
Witing bisa jalaran saka kulina Anda akan bisa menulis apabila anda sudah
membiasakan diri (atau memaksakan diri bagi pemula )
Bukan Piramid dan tembaga ,
Bukan pula batu nisan dari perunggu,
Mereka bangun untuk dirinya.
Cuma Tulisan dan ajaran yang mereka
wasiatkan.
(puisi Mesir Kuno)
|
|
“ Sebuah Karya akan
memicu inspirasi. Teruslah berkarya.
Jika anda gagal, teruslah berkarya.
Jika anda tertarik, teruslah berkarya.
Jika
anda bosan, teruslah berkarya.”
(Michael Crichton)
Sumber
Inspirasi :
Mudrajad
Kuncoro mahir menulis kiat jitu menulis
Artikel Opini, kolom dan resensi Buku
Badiatul
Muchlisin Asti Berdakwah dengan Menulis
Buku Buku Laris, Rezeki Manis, Media Qalbu 2004 Bandung
Ditulis
Oleh : Agus Salim Nasution