Belakangan
ini muncul opini bahwa tradisi keilmuan
muslim kini cenderung tidak mampu merespon kebutuhan dan tantangan
zaman, bahkan merekayasa dan memberi sumbangan bagi pemantapan peradaban umat
manusia yang egaliter, demokratis dan humanis. Anggapan bahwa sesuatu hanya
akan mendapat balasan berupa pahala atau dosa di akhirat saja, sementara akibat
perbuatannya di dunia adalah semata-mata karena hukum alam. Orientasi berpikir
teologis-normatif ini, tentu saja memisahkan antara kehidupan di alam nyata dan
akhirat. Pola pikir teologis-normatif yang menempatkan keberadaan Allah Swt
sebagai segala sesuatu yang melepaskan dari dunia realitas, Hal ini
mengakibatkan dinamika keilmuan menjadi tidak mempunyai rule sebagai usaha
untuk mensejahterakan umat.
Pola
pikir deduktif-legalistik muncul dari adanya anggapan bahwa dalil-dalil
Al-Qur’an dan hadist serta hasil ijtihad para ulama terdahulu menjadi baku, mutlak
dan selalu relevan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan zaman. Kecendrungan
ini paling tidak dapat menimbulkan dua
orientasi yang saling terkait, yaitu text book oriented dan ulama
oriented. Bila seketika
dihadapkan pada suatu problematika, tanpa susah-susah segera merujuk pada buku
standar yang dianggapnya telah mewakili ajaran islam sebagai jawabnya. Hal ini
dapat dilihat pada fenomena semakin menguatnya Orientasi fiqh dalam
menyelesaikan banyak perkara, dengan keputusan yang hitam putih atau
legalistic. Tradisi keilmuan seperti ini cenderung memicu perdebatan seputar
isu halal-haram, sah-batal, Islam-kafirdan sesat atau tiaknya seseorang.
Pola
pikir Deduktif adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat umum,kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Tradisi
keilmuan muslim yang bercorak teologis selayaknya difungsikan kedalam kehidupan
riil. Dengan mengopersionalkan orientasi teologis kedalam diri dan perbuatan
manusia berarti akan mendinamisasi perbuatan manusia itu sendiri. Permaslahan yang
dihadapi menusia seperti kemiskinan tidak ditanggapi sebagai suatu ketetapan
Allah Swt atau ujian dari-Nya yang tidak bisa diubah. Sebaliknya Orientasi yang
demikian justru membangkitkan manusia untuk berupaya mengentaskan umat dari
kemiskinan.
Bagaikan
Angin Yang Berhembus Kencang, Goresan Tinta ini membawa Ku pada Realitas
Cakrawala Baru.
Layaknya
Sinar Matahari Yang Menyeruak Masuk Ke Dalam Lubuk Hati.
Semoga
tulisan ini bermanfaat bagi siapa pun yang membaca sehingga mendapatkan HIDAYAH
INTELEKTUALITAS.
YAKIN
USAHA SAMPAI…………
Oleh: Wahyu Maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar