Welcom to...........

HMI Komisariat Ahmad Dahlan I (ADI)

Sabtu, 14 Januari 2012

TRADISI KEILMUAN MUSLIM



Belakangan ini muncul opini bahwa tradisi keilmuan  muslim kini cenderung tidak mampu merespon kebutuhan dan tantangan zaman, bahkan merekayasa dan memberi sumbangan bagi pemantapan peradaban umat manusia yang egaliter, demokratis dan humanis. Anggapan bahwa sesuatu hanya akan mendapat balasan berupa pahala atau dosa di akhirat saja, sementara akibat perbuatannya di dunia adalah semata-mata karena hukum alam. Orientasi berpikir teologis-normatif ini, tentu saja memisahkan antara kehidupan di alam nyata dan akhirat. Pola pikir teologis-normatif yang menempatkan keberadaan Allah Swt sebagai segala sesuatu yang melepaskan dari dunia realitas, Hal ini mengakibatkan dinamika keilmuan menjadi tidak mempunyai rule sebagai usaha untuk mensejahterakan umat.
Pola pikir deduktif-legalistik muncul dari adanya anggapan bahwa dalil-dalil Al-Qur’an dan hadist serta hasil ijtihad para ulama terdahulu menjadi baku, mutlak dan selalu relevan untuk mengantisipasi kebutuhan dan tantangan zaman. Kecendrungan ini paling  tidak dapat menimbulkan dua orientasi yang saling terkait, yaitu text book oriented dan ulama oriented. Bila seketika dihadapkan pada suatu problematika, tanpa susah-susah segera merujuk pada buku standar yang dianggapnya telah mewakili ajaran islam sebagai jawabnya. Hal ini dapat dilihat pada fenomena semakin menguatnya Orientasi fiqh dalam menyelesaikan banyak perkara, dengan keputusan yang hitam putih atau legalistic. Tradisi keilmuan seperti ini cenderung memicu perdebatan seputar isu halal-haram, sah-batal, Islam-kafirdan sesat atau tiaknya seseorang.

Pola pikir Deduktif adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang bersifat umum,kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Tradisi keilmuan muslim yang bercorak teologis selayaknya difungsikan kedalam kehidupan riil. Dengan mengopersionalkan orientasi teologis kedalam diri dan perbuatan manusia berarti akan mendinamisasi perbuatan manusia itu sendiri. Permaslahan yang dihadapi menusia seperti kemiskinan tidak ditanggapi sebagai suatu ketetapan Allah Swt atau ujian dari-Nya yang tidak bisa diubah. Sebaliknya Orientasi yang demikian justru membangkitkan manusia untuk berupaya mengentaskan umat dari kemiskinan.



Bagaikan Angin Yang Berhembus Kencang, Goresan Tinta ini membawa Ku pada Realitas Cakrawala Baru.
Layaknya Sinar Matahari Yang Menyeruak Masuk Ke Dalam Lubuk Hati.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa pun yang membaca sehingga mendapatkan HIDAYAH INTELEKTUALITAS. 
            YAKIN USAHA SAMPAI…………
Oleh: Wahyu Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar