Pada dasarnya manusia hadir berharap memberi
kebahagiaan bagi diri serta manusia lainnya. Rasa ego dan sebaliknya kalau
dapat menyatu dalam diri manusia akan melahirkan keseimbangan. Terkadang keseimbangan
terasa amat sulit menjadi satu, lebih
menonjol sisi negatifnya pada akhirnya berdampak corak hidup yang cenderung pada individual. Mengejar
hidup yang mengarah pada sisi individual tidak memberi ruang bagi manusia untuk
berkata salah, sebab itu bagian tujuan hidup manusia. Sebagai mahluk sosial
yang memiliki kepekaan terhadap manusia lainnya tidak layak bagi dirinya untuk
terus berbicara tentang kepentingan diri, namun kita harus dipaksa untuk
berbicara tentang manusia lainnya, yang saya maksud adalah manusia itu harus
memiliki kepekaan tentang kehidupan orang lainnya.
Saya
mengajak kawan-kawan membuka mata lebar-lebar melihat sekeliling kita, apakah
kehidupan mereka sama seperti kita atau sebaliknya? Kehidupan kita sekarang
sangat layak dibanding yang di luar. Derasnya arus globalisasi memaksa kita
menjauh dari kehidupan sosial serta memangkas jiwa solidaritas yang sengaja dirancang
oleh system rekayasa yang melahirkan kebenaran semu. Kebenaran sosial hari ini
menjadi kontroversi yang berdampak pada lahirnya sekte, perbedaan, perpecahan
yang berdampak pada hilangnya satu kesatuan diri sendiri dan orang lain dapat
yang berimbas pada hasrat yang tak terkontrol sebab terkuasai oleh nafsu yang
tak bersandar pada kebenaran mutlak namun
pada kebenaran semu. Kebenaran semu inilah yang dijadikan sebagai standar
kebenaran mutlak yang mana itu terlahir dari sebuah rekayasa demi mengukuhkan kekuasaan. Tidaklah salah kalau negara
kita hari ini belum menemukan titik temu penyatuan sebab bukan dari sumber kebenaran
mutlak namun sebaliknya. Dari tahun-ketahun kita mendapat sejarah yang memiliki
banyak kontroversi yang tak berujung dan berakhir dengan sejarah baru, penuh perdebatan dan tidak bertemu pada satu
titik yang kita harap. Sejarah yang sesungguhnya kini tak lagi terangkum dalam
lembaran, namun yang nampak hari ini hanya sejarah yang tak bernilai . Apakah
hari ini kita mengetahui sejarah yang sesungguhnya? Kalau belum terjawab maka tidak heran hari ini
manusia belum berjalan sesuai rulenya. Sampai kapan kondisi ini terjadi ditambah
lagi generasi-generasi abad 21 yang hanya mejadi korban rekayasa. Mereka bangkit
bukan untuk kepetingan orang lain, namun hanya dirinya sendiri, tantangan hari
ini lebih berat dari generasi sebelumnya. Kita sekarang tidak bisa berharap
pada apapun, namun harapan itu ada pada diri kawan-kawan semua. Saatnya kita membuka
seluas-luasnya pandangan untuk mencari kebenaran sebab kita hari ini memiliki
keyakinan akan menemukan kebenaran yang standar pada nilai sesugguhnya.
Harapan kita, semoga kita lahir bukan sebaga
generasi yang tertutup, semoga kita besar dengan jiwa solidaritas, bukan
generasi yang mengedepankan individual. Mari membuka serta mengetuk hati untuk
berbicara sosial, pikiran kita yang tercurah dalam benak menjadi benih bahwa kita
semua adalah generasi pembaharu bukan generasi kolot yang cenderung pada
kekuasaan individu atau kelompok. Kalau saja hari ini kita telah membuka pandangan kita jauh kedepan mungkin kita akan sadar banyak hal, namun banyak dari kita belum mau membuka diri untuk membuka pintu kesamaan yang menyatukan perbedaan, terus larut dalam satu pandangan mengarah pada satu sekte dan terangkum menjadi generasi konservatif, mari Sejenak menyingkir dari satu pandangan menerima segala pandangan untuk menampung segala perbedaan.
kekuasaan individu atau kelompok. Kalau saja hari ini kita telah membuka pandangan kita jauh kedepan mungkin kita akan sadar banyak hal, namun banyak dari kita belum mau membuka diri untuk membuka pintu kesamaan yang menyatukan perbedaan, terus larut dalam satu pandangan mengarah pada satu sekte dan terangkum menjadi generasi konservatif, mari Sejenak menyingkir dari satu pandangan menerima segala pandangan untuk menampung segala perbedaan.
SAATNYA HADIR MEMBERI, MESKI HANYA SETITIK.
Oleh: Rakanha Rauf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar