Welcom to...........

HMI Komisariat Ahmad Dahlan I (ADI)

Sabtu, 14 Januari 2012

Apa yang kita ucapkan akan menguap, sedangkan apa yang kita tulis akan abadi



“ Sebuah Karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya.
Jika anda gagal, teruslah berkarya.
Jika anda tertarik, teruslah berkarya.
Jika  anda bosan, teruslah berkarya.”
(Michael Crichton)

Menulis adalah suatu aktivitas untuk menuangkan gagasan, ide, informasi keluhan dan apa pun yang dirasakan atau ditemukan oleh panca indera melalui sebuah rangkaian huruf dan kata. Berbeda dengan ungkapan lisan tentunya akan lebih cepat menguap dan oleh pendengarnya sedangkan apa yang ditorehkan melauli tulisan akan abadi. Helvy Tiana  Rosa pendiri dari FLP (Forum Lingkar pena) dalam sebuah seminar pernah mengatakan dalam suatu forum bagaimana R.A Kartini terus harum namanya dibandingkan Dewi Sartika dan Rahma el-Yunusiah orang perempuan konon mereka berdua  semasa hidupnya telah cukup sukses mendirikan sekolah. Sedangkan R.A Kartini tidak hanya saja ia mampu menuliskan catatan-catatan pemikirannya. Dan akhirnya beliau lebih kita kenal sebagai seorang tokoh emansipasi wanita sampai sekarang ini. Hal ini jugalah  yang mengingatkan kita apa yang disampaikan oleh seorang yang dikenal tidak hanya 'alim tetapi juga cerdas intelektualn dimasa Kahalifah Rasidin yakni Ali Bin Abi Thalib mengatakan Ali bin : “ Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Ini berrti ilmu itu akan segera meninggalkan pemiliknya apabila tidak segera mengikatnya yakni dengan cara menuliskannya. Begitu juga seorang ulama besar pengarang kitab Tafsir Qurtubi ada mengatakan Qatadah, seorang ulama salaf dalam tafsir Qurtubi “ menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…
Hal yang baik sebagai inspirasi adalah pengakuan pengarang buku Joanne Kathellen (J.K.) Rowling, penulis novel best seller , Harry Potter. “saya orang yang luar biasa beruntung, melakukan apa yang saya cintai di dunia. Saya yakin bahwa saya selalu menjadi penulis. Sungguh menyenangkan bahwa karya saya telah dipublikasikan. Hadiah terbesar bagi saya adalah antausiasme para pembaca”
Didalam Al Qur’an , kata kerja “Kataba” (menulis) beserta  kata bentukannya disebutkan sebanyak 303 kali. Sedangkan kata “qaraa” (membaca ) terdapat sebanyak 89 kali. Kata Qalam (pena/alat tulis) disebutkan lima kal. Perbandingan kata “qaraa” dan “ kataba” 1-4  ( Abdul Mu’ti: 2003)

Sementara kata pena satu surat al- Qalam dibuka dengan huruf “Nun” hal itu menurut R. Guenon dala bukunya The Mistery of the Letter Nun yag dikutip Sayyed Hossein Nasr dalam bukunya Spritualitas dan seni dalam Islam bahwa huruf “Nun” yang ada dalam tulisan Arab menyerupai sebuah tempat tinta, memberikan Isyarat bahwa daripadanya segala sesuatu yang ada di dunia ini di tulis di Al-Lauhul Mahfudz. Hurup ini juga menyerupai sebuah kapal  yang mngangkat kemungkinan-kemungkinan suatu peraturan dan perkembangan yang akan diciptakannya.

tentunya menulis dan membaca tidak dapat dipisahkan  bagaikan dua sisi mata uang. Yang menarik adalah urutan turunnya ayat Al Qur’an tersebut . Imam Al-Khazin didalam tafsirnya yang bernama Al-Khazin Al Musamma Libabi Al-Ta’wil fi Ma’ani Al-Tanzil (1995) menjelaskan, dua surat atau ayat yang pertama  kali diturunkan adalah Al’alaq (QS.96) dan Al Qalam (QS. 68). Didalam ayat tersebut kata “qaraa dan “qalam”  yang berarti kegiatan membaca dan menulis disebutkan diawal surat. Hal ini mengandung pesan bahwa aktivitas membaca dan menulis memang berangkai atau tidak dapat dipisahkan.
begitu juga apa yang diungkapkan ordon Smith, Politikus Inggris Abad ke-18  (Romli, 2009) “Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan tidak menulis, ibarat orang tak  berharta  ke dalam sumur penuh air.”

Gagasan yang coba di tuangkan oleh Komisariat Ahmad Dahlan 1 menulis seminggu sekali  dalam rapat program kerja, ini adalah sebuah terobosan dan tantangan bagi pengurus baru maupun kader HMI yang sangat penting karena selama ini budaya menulis sudah mulai memudar dari goresan tangan kader-kader HMI. Ketua Umum PB HMI priode 1997-1999 Bung Anas Urbaningrum  perlu mengigatkan kembali kepada para kader-kader HMI  saat menjadi pembicara di kongres ke-27 HMI di Depok.
Tradisi intelektual itu, menurut Anas, bisa dibangun dengan memperkuat beberapa hal. Pertama, memperkuat tradisi membaca. Membaca, harus dijadikan 'fardhu ain'. Sebab, kalau digeser menjadi 'fardhu kifayah', akan cenderung diwakilkan kepada yang lain.
Kedua, kata Anas, adalah tradisi menulis. Tradisi ini harus dipaksa untuk bisa dilakukan semua kader. Menurutnya, tradisi menulis ini tidak perlu diganti dengan tradisi menulis SMS.
Sedangkan yang ketiga, adalah tradisi berdebat. Namun, Anas mengingatkan bahwa tradisi berdebat ini bukanlah berdebat secara kusir, tetapi debat yang akademik dan rasional. Ketiganya, merupakan cara-cara strategis yang sangat penting dilakukan kader-kader HMI. ". tradisi itelektual inilah yang melahirkan cendikiawan maupun pakar dibidang ilmu pengetahuan,s osial dan politik dan lainnya yang yang dapat mengaktualisasikan kemampuannya sebagai kader ummat maupun kader bangsa.

simbol HMI juga terus mengingatkan yang melambangkan pena berarti mempunyai filosofi bahwa kader-kader HMI harus dapat menuangkan kemampuan inteektualnya dalam bentuk tulisan
Gordon Smith, Politikus Inggris Abad ke-18  (Romli, 2009) “Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan tidak menulis, ibarat orang tak  berharta  ke dalam sumur penuh air.”
“Di manapun saya menemukan tempat untuk duduk dan menulis, disitulah rumah saya Qatadah, seorang ulama salaf dalam tafsir Qurtubi “ menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…” (Hudiata , 2005)
Tentunya keinginan menghasilkan karya terutama dalam bentuk tulisan haruslah dilandasi motivasi yang tinggi, karna tanpa motivasi hanya sekedar wacana yang berlau .ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memotivasi seblum menulis adalah  pertama agama mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan yang bermanfaat harus disebarkan kepada orang lain kaena hal tersebut merupakan sebuah ibadah. Kedua, menyembunyiksan ilmu dengan tidak mengajarkannya apalagi dengan niat untuk merahasiakannya adalah dosa. Ketiga Menyebarkan ilmu yang bermanfaat dapat menjadi perwujudan rasa syukur ata ilmu yang telah diberikan oleh Allah . dengan bersyukur tentunya Allah akan menambah nikmat-nikmatnya  (Mudrajad 6)
  Witing bisa jalaran saka kulina  Anda akan bisa menulis apabila anda sudah membiasakan diri (atau memaksakan diri bagi pemula )
Bukan Piramid dan tembaga ,
Bukan pula batu nisan dari perunggu,
Mereka bangun untuk dirinya.
Cuma Tulisan dan ajaran yang mereka wasiatkan.
(puisi Mesir Kuno)

 
“ Sebuah Karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya.
Jika anda gagal, teruslah berkarya.
Jika anda tertarik, teruslah berkarya.
Jika  anda bosan, teruslah berkarya.”
(Michael Crichton)

Sumber Inspirasi :
Mudrajad Kuncoro mahir menulis kiat jitu menulis Artikel Opini, kolom dan resensi Buku              
Badiatul Muchlisin Asti Berdakwah dengan Menulis Buku Buku Laris, Rezeki Manis, Media Qalbu 2004 Bandung 

Ditulis Oleh : Agus Salim Nasution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar