Refleksi Kajian
Ideologi Seminggu Sekali Komisariat Ahmad Dahlan I Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Sukoharjo tentang pengantar Ideologi dan ideologi dalam pemikiran Ali
Shariati, dan Obrolan di Wedangan Hik.
Berawal dari ide
untuk membahas kajian ideologi seminggu sekali (KISS) Bidang Penelitian dan Pengembangan
Anggota Komisariat Ahmad Dahlan I. Dengan tema awal mengkaji pengantar ideologi
yang dilaksanakan pada hari”selasa 5 April 2011, bertempat di komisariat Ahmad
Dahlan I”. dalam diskusi ini di uraikan tentang pengertian dari ideologi itu
sendiri yaitu kata “ ide” yang berarti konsep, gagasan, pemikiran, keyakinan,
dan “logos” yang berarti logika, ilmu, pengetahuan atau sebagai pengetahuan
tentang keyakinan atau cita-cita. Dalam hal ini ideologi terdiri atas keyakinan
dan cita-cita suatu kelompok tertentu, kelas sosial, bangsa atau suatu ras.
Oleh karenanya seorang ideolog harus dapat membela dari ideologi atau
keyakinanya itu. Dan ideologi juga dapat di maknai sebagai akidah bagi
seseorang penganutnya. Sehingga ideologi dapat dibedakan dalam tataran senagai
wordview dan dalam tataran praksis. Ideologi ini juga tidak akan berbuah
sebagai tujuan atau cita-cita bila tidak perangkatnya yaitu sebuah politik dan
strategi. Sehingga berbicara tentang sebuah ideologi tidak lepas dari kerangka
politik sebagai bagian dari komponen mencapai tujuanya.
Berbeda dengan
ilmu yang merupakan hasil citra pemikiran manusia tentang alam yang konkrit.
Ataupun merupakan hubungnan antara manusia yang tahu dan apa yang diketahui.
Ilmu berhubungan dengan detail-detail relasi, dan proses yang ada diantara
bermacam benda dan fenomena pada dunia fisik
Ilmu dan
metodologi yang menyangkut evaluasi ada dua istilah yang sering dibaurkan
bersama, yaitu judgement de faite dan
judgment de valeur. Yang pertama
menunjukan suatu penilaian dan penimbangan realitas eksternal yang merupakan
suatu faite, yang menerangkan substansi, karakteristik dari berbagai fenomena
eksternal. Menyelidiki sesuatu yang riil dan konkret dan menyatakan seuatu iti
adalah begini atau begitu. Dan tahab kedua tahab pemberian penilaian yang
menyangkut watak dan kualitas suatu fenomena, dengan kebaikan atau keburukan,
manfaat atau tidak. Tahab yang kedua yaitu “judgment
de vaire”, mengklasifikasikan fakta-fakta ke dalam nilai-nilai yang dapat
diterima atau di tolak. Ini adalah tahab ideologi yang melibatkan dalam
menghadapi problematika dan isu dalam pengertian, bagaimana memanfaatkan,
memecahkan atau menelaaahnya.
Dalam ideologi
memiliki keyakinan melalui tiga tahapan: tahab pengungkapan fenomena, analisis,
dan kritis atau (kritik ideologi dari dalam kerangka ideologi yang
kontradiksi). Sedankan menurut Ali Syariati tiga tahapan itu:
1.
Tahapan kita melihat
dan menangkap fenomena alam semesta, ekstistensi dan manusia.
2.
Terdiri atas cara
khusus dalam kita memahami dan menilai semua benda dan gagasan atau ide-ide
yang membentuk lingkungan sosial dan mental.
3.
Mencakup usulan-usulan,
metode-metode, berbagai pendekatan dan keinginan-keinginan yang kita manfaatkan
untuk mengubah staus quo yang kita tidak puas. Dalam hal ini ideologi mulai
menjalankan missinya dengan memberikan dukungan, tujuan, cita – cita dan
rencana praktis sebagai dasar perubahan dan kemajuan kondisi sosial yang
diharapkan.
Ideologi pada
hakekatnya mencakup keyakinan-keyakinan, tanggug jawab dan komitmen. Dan lahir
dari kemanusiaan pada umumnya.
Kaitanya
ideologi dengan agama akan beririgan dan atau akan bertentangan sebagai mana
manusia memaknai suatu agama. Agama tidak ideologi atau bertentangan bila agama
seperti pengertian menurut Durkhaem, yaitu agama merupakan suatu kumpulan
kepercayaan turun temurun dan perasaan-perasaan individual, suatu imitasi
terhadap upacara-upacara, atauran-aturan, kebiasaan-kebiasaan agama dan praktek
yang sudah berurat berakar dari generasi atau ke generasi selanjutnya. Agama
seperti ini timbul dari tradisi-tradisi atau menunjukan spririt kolektif yang tidak
mengejawantahkan spirit atau cita-cita sebenarnya dari kemanusiaan. Atau hal
ini dalam bahasa NDP HMI kepercayaan yang salah akan mentradisi dan membuat
stagnan kemajuan peradapan. Dan kepercayaan yang benar akan menghasilkan tata
nilai guna menopang kemajuan suatu peradaban.
Sedang agama
yang sejalan dengan ideologi yaitu suatu keyakinan yang dipilih secara sadar
untuk menjawab keperluan-keperluan yang timbul dan memecahkan masalah-masalah
dalam suatu masyarakat. Dibutuhkan untuk mengarahkan suatu masyarakat atau
suatu bangsa dalam mencapai cita-cita yang mereka dambakan dan yang mereka
perjuangkan.
Sebagaimana yang
tertuang dalam pedoman perkaderan disebutkan bahwa definisi tentang dimensi
kekhalifahan sebagaimana yang diinginkan dari perkaderan HMI meliputi
tugas-tugas kenabian untuk membentuk masyarakat yang menjunjung tinggi
persaudaraan universal (universal brotherhood), egaliter,
demokratis, social justice, dan berperadaban (social civilization)
serta istiqomah untuk memperjuangkan pembebasan kaum tertindas (mustadz’afin).
Ideologi tidak
lagi ideologi jika telah dikonfesionalisasikan, terlepas itu ideologi yang
religius atapun tidak religius. Sebab ideologi dalam tahap yang dipaksakan
daripada dipilih tidak lebih dari suatu tradisi sosial, bagian dari kebudayaan,
sebabnya ia telah kehilangan misi orisinilnya. Ideologi lahir yang dilandasi
unsur memilih dari seseorang atas sebuah kesadaran cerdas dengan intensitas
keyakinan seseorang. Sehingga ideologi dapat diibaratkan dengan cinta dan
keyakinan dimana seseoarang dapat terbius dan tersedot dan kehidupanya
terlingkupi, namun tetap jangan ditafsirkan sebagai suatu penyerahan buta
terhadap suatu keyakinan.
Cara manusia
mencapai pada sutu ideolgi yaitu dengan sebuah kesadaran khas manusia. Orang
yang berpegang teguh pada ideologi yang dipilinya secara sadar inilah yang
disebut dengan roushanfikr. Ideologi
dan kesadaran inilah yang mencapai pada kesadaran istimewa tentang kehidupan
dan jalan bertindak yang jelas, jalan hidup, jalan berfikir dengan cita-cita
jelas yang membentuk filsafat hidupnya.
Roushanfikr
inilah yang disebut dengan intelektual tercerahkan yang mampu menggerakan suatu
kelompok, masyarakat untuk mencapai tujuan yang diharapkan atau berangkat dari
sebuah kesadaran naif menjadi gerakan konriit atau membangunkan sebuah
kebangkitan melawan suatu sistem kekuasaan tirani yang staus quo yang berlaku opresif (menindas) yang belaku kejam
terhadap kemanusian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar